Senandung Cinta (Chapter 7)

Pagi di kota singa, Singapura

Seorang pemuda melangkahkan kaki tak tergesa, menyusuri jalan terfavorit di kota itu, Orchad Road. Bibirnya komat-kamit berzikir dalam hati, dan wajahnya yang tampan khas asia, tampak sedikit lelah

Seminggu sudah Kahfi ditugaskan kantornya ke kota itu. Ini hari terakhirnya. Meeting dengan seorang calon klien dan presentasi tak berkesudahan minggu ini ditutupnya dengan kontrak bernilai besar, sebuah prestasi yang cukup baik, begitu puji Managing Directornya ketika Kahfi menelfon memberi laporan

Dan hari ini, sebelum jadwal penerbangannya sore nanti, Kahfi beniat mencari beberapa buku dan oleh-oleh untuk orangtua dan gurunya, seperti yang biasa Kahfi lakukan setiap kali bertugas ke luar negeri

Pagi itu, jalan terkenal itu belum terlalu disesaki manusia yang lalu-lalang, Pukul 09.30, dan Singapura baru menggeliat bangun dari tidurnya. Kahfi berjalan santai menyusurinya, sambil sesekali mengecek email dari smartphone di tangannya.

Sampailah Kahfi di sebuah Mall, seingatnya, ada toko buku besar di lantai 2. Begitu memasuki mall tersebut, ada sebuah toko yang menarik perhatiannya, sebuah toko jam mewah, dan di eletase depan yang memajang puluhan jam, ada sebuah jam wanita yang cantik dengan merk terkenal. Tiba-tiba Kahfi teringat pada wanita yang baru saja di sms nya, Zaskia. “Apa pantas kalau ku belikan jam ini?”, bathin Kahfi. Ia takut Zaskia malah jadi tersinggung.

Seminggu ini, benar-benar habis waktunya untuk pekerjaan, meski pikirannya lebih sering melayang ke wajah wanita itu. Ingin sekali ia telfon sekedar tahu kabarnya, namun percakapannya dengan Ustadz Azzam di malam ia bertemu lagi dengan wanita itu mengingatkannya. Ustadz Azzam memintanya untuk Istikharah dulu, sampai tetap hatinya, baru mendekati Zaskia. Dan Istikharahnya sepertinya belum terasa sempurna, mungkin karena kesibukan yang membuat sesal hati Kahfi. Ia bertekad mengurangi frekuensi pekerjaannya, apalagi esok hari adalah hari pertama bulan Ramadhan, tak akan habis sesalnya jika malam-malam berharga itu hanya dihabiskannya mencari prestasi dan uang. itu bukan Kahfi yang baru, desisnya tersenyum

Menarik nafas, Kahfi berlalu dari toko jam itu, sepertinya belum waktunya ia membelikan Zaskia, mungkin lain waktu. Sekali lagi ia layangkan pandangannya ke jam cantik itu, “tapi ah, kilau permata dalam jam itu cantik seperti matanya, persis seperti matanya”, gumam Kahfi. Hatinya berbisik, belikan saja Kahfi, simpan sampai waktunya kau rasa pas. Hmmm, that’s a good idea, senyum Kahfi.

Ia bergegas memasuki toko itu, menunjuk jam yang ia maksud pada penjaganya. Sang penjaga toko, seorang wanita setengah baya berwajah Asia itu sepertinya sudah menduga, jam itu untuk kekasih pemuda itu. Dengan tersenyum, si ibu memberikan jam cantik itu sambil berkata dengan logat asia yang kental, “this one’s perfect for your lady, you won’t regret”.

Kahfi tersenyum, “I think so, maam. her eyes as bright as this lovely…hmm, what do you call this stone?”

“it’s Safire. Blue Safire”, sahut si ibu menjelaskan

“Ah ya, Blue Safire, perfect. I take this watch, maam”, putus Kahfi sambil tersenyum puas

Kahfi melangkahkan kakinya menyusuri mal itu dengan senyum tersungging. Entah kenapa, hatinya terasa membesar, bahkan seperti mau meledak. Ah Robb, ingin cepat-cepat memberikannya pada sang pemilik mata indah itu, dan menikmati senyumnya.

Kemungkinan bertemu lagi dengan wanita itu membuat Kahfi ingin berlari pulang. Ah, konyol ternyata kalau laki-laki jatuh cinta, senyum Kahfi dalam hati, kalau satu saja sahabatnya tahu, bisa habis ia dicela. Ah, rindu juga hangout bareng sahabat-sahabat lamanya, beberapa sudah menikah, dan sudah hampir 6 bulan ini masing-masing sibuk dengan pekerjaan dan urusan yang lain. Bulan puasa ini, moment yang terbaik, buka bersama dan I’tikaf bareng. Subhanallah, sebuah rasa menghangatkan menjalari hati Kahfi yang sekali lagi bersyukur, bisa pulang hari ini. Tak terbayang melewati Ramadhan di kota yang melarang suara Adzan berkumandang. Sungguh suatu toleransi besar bagi muslim di Negara ini.

Akhirnya Kahfi menemukan toko buku yang dicarinya dan menghabiskan hampir 1 jam melihat-lihat buku, terkadang berhenti sejenak untuk membaca

Tak beberapa lama kemudian, Kahfi keluar dari mal itu dengan menenteng 2 bungkusan. Jam untuk Zaskia, dan bungkusan besar berisi 3 buku tentang marketing, 1 buku tentang sejarah agama-agama di dunia, dan 1 buku kumpulan resep makanan asia tengah, 2 buku terakhir adalah pesanan Ustadz Azzam dan mamanya

Hari beranjak siang, teringat perutnya yang belum terisi sejak pagi tadi, Kahfi mempercepat langkahnya menuju resto ayam penyet kesukaannya, di Lucky Plaza

Plaza itu padat pengunjung, kebanyakan berwajah khas asia, bicaranya pun logat melayu dan sekilas terdengar berbahasa indonesia. Kahfi merasa seakan-akan berada di Pusat perbelanjaan di Jakarta

Pesanan ayam penyet Kahfi sudah terhidang di mejanya, hmm, kelihatan enak dengan uap panas tanda si ayam baru keluar dari penggorengannya. Baru saja Kahfi memasukkan satu suapan di mulutnya, ia merasa ada seseorang berdiri tepat di samping mejanya

Kahfi mendongak. Dan tersentak.

Seorang wanita. Cantik. Dengan stelan baju santai, kaos putih tak berlengan dan celana pendek jeans. Rambut panjangnya tergerai lembut di pundaknya, dengan gelombang indah hasil sentuhan profesional

Subhanallah, sedetik Kahfi mencoba menebak, tapi tak mampu, siapa wanita itu. Dan si wanita menyapa lembut, ” apa kabar, Marky?masih ingat aku?”

Kahfi tampak kebingungan, wanita itu menyapa dengan namanya yang dulu. Terlanjur ketahuan, Kahfi akhirnya mengakui kealpaannya. “Hmmm, maaf saya benar-benar lupa. Bisa tolong saya?, sahut Kahfi penuh sesal

“Aku Ranti. Ingat Bangkok, 5 tahun yang lalu? Kita satu hotel dulu, Marky. Ingat?”, wanita itu menjelaskan sambil duduk di hadapan Kahfi, “boleh aku duduk?”

“Aahh Rantii!!ini benar Ranti?Subhanallah, kamu koq lain sekali ya? Dulu kamu, berjilbab?ooh yaa yaa, silahkan duduk”. Ingatan Kahfi melayang pada Wanita cantik berjilbab yang ditemuinya di Bangkok, 5 tahun lalu.”Ah dulu kamu ke Bangkok bersama suamimu, Hendra?bagaimana kabarnya??”

“Hmm, Hendra baik-baik saja, ky, kita sudah lama berpisah. Ya, dulu aku berjilbab.ah panjang ceritanya, Marky. Duh kamu lain ya sekarang, lebih matang kelihatannya. Sudah berapa putramu? Seingatku dulu kamu sudah beristri khan?”

“Oh ya Ranti, first of all, namaku sudah bukan Marky lagi. Sejak berislam 3 tahun lalu, kamu bisa panggil aku dengan nama baruku,Kahfi”

“Subhanallah! Serius, Marky?eh Kahfi…nama yang bagus. Congrats yaaa”, pekik Ranti setengah tak percaya

“Terimakasih. Aku jawab pertanyaan kamu nanti ya, kamu pesan dulu makananmu. Aku benar-benar kelaparan. Aku panggilkan pelayannya ya, kamu mau pesan apa?”

” Hmm, aku minum saja Kahfi, Juice wortel kalau ada, terimakasih”

Sambil menyeruput Juice wortelnya, Ranti menunggu Kahfi menyelesaikan makan siangnya, tak sabar ingin tahu, cerita apa yang ingin disampaikan Kahfi. Benar-benar sulit dipercaya, pemuda tampan ini kini sudah masuk Islam. Hmm, Ranti teringat, dahulu sangat sulit memalingkan wajah dari mata Kahfi, dia punya mata yang bisa meluluhkan hati wanita manapun, teduh, dalam, dan mempesona. Tiba-tiba dadanya berdebar tak karuan

“Alhamdulillah. Ok Ranti. Sudah selesai makanku. Sampai dimana tadi kita”, Ucap Kahfi mengagetkan

“Oh hmm, sampai kau bilang ganti nama. Ayo critakan Kahfi, gimana istrimu?”, sahut Ranti gelagapan

“Oh itu. 4 tahun yang lalu aku bercerai, dan setahun kemudian aku masuk Islam”, jawab Kahfi pendek

“Hanya itu?ah, jd kita sama-sama sudah bercerai ya?beruntung sekali aku bertemu kamu hari ini. Hmm, trus kamu kesini dalam rangka apa?bisnis apa liburan?sama siapa?”, cecar Ranti sambil matanya jelalatan, takut kalau tiba-tiba muncul wanita yang bersama Kahfi

“Aku kesini urusan kerjaan, sendiri. Kamu?”, tiba-tiba Kahfi merasa ini bukan lagi pembicaraan antar teman biasa. Tanpa sadar tangannya menyentuh pelan bungkusan berisi jam tangan bermata safir

“Aku…hmm, dateng sama teman. Kamu tinggal dihotel mana?nanti malam dinner bareng aku ya, di hotelku, seafoodnya enak.aku jemput deh, aku ada mobil koq”,Ranti nyerocos panjang lebar, ga sadar lawan bicaranya sudah mulai enggan menjawab

“Aku pulang sore ini, tepatnya 3 jam lagi. Gotta hurry, Ranti. Very nice to see you again. The bills on me ya.so, see you later”, ucap Kahfi sambil mengulurkan tangannya dan bersiap beranjak pergi

Ranti menyambut tangan Kahfi yang terulur dengan enggan, “ok. Bisa minta nomer ponselmu?kita bisa ngobrol nanti di Jakarta. Ok Kahfi?”

Kahfi tersenyum mengiyakan, memberi nomer ponselnya dan bergegas pergi. Ia punya firasat, wanita ini bisa membuatnya terlambat ke bandara. Hmm, urusan dengan wanita model begini kadang bisa sangat merepotkan, batin Kahfi

Sambil berjalan menuju hotel, Kahfi tiba-tiba terfikir sesuatu, tentang wanita bernama Ranti itu. Seingatnya dulu ia cukup menarik dengan jilbab dan baju panjangnya. Suaminya pun meski agak dingin sikapnya, namun sangat santun. Beberapa kali Kahfi mengunjungi beberapa objek wisata di kota Bangkok bersama pasangan yang dinilainya cukup berbahagia itu. Ah, satu lagi hikmah, apa yang terlihat di luar belum tentu baik dalamnya. Fiuh, dan jilbab cantik itu begitu saja dilepaskan. Atas dasar apa?ah, apapun alasannya sepertinya ga pantas mempermainkan keyakinan seperti itu, fikir Kahfi tak sadar mengerutkan keningnya

Sesampainya di hotel, Kahfi mengambil wudhu untuk sholat Dzuhur dan mengqodo’ Asharnya. Ia mengecek kamar dan kopernya sekali lagi, memasukkan belanjaannya dalam-dalam ke koper besarnya, menenteng tas laptopnya, dan beranjak pergi. Ia berharap sebelum Isya sudah sampai di rumah. Ia sudah berjanji makan malam di rumah mamanya dan tarawih bersama di Masjid komplek mereka.

Tiba-tiba Kahfi terduduk di ujung tempat tidurnya. Memandang ponselnya, dan kaget melihat nama Zaskia terdisplay disana. Rupanya ponselnya masih dalam keadaan di silent. Tergesa, diangkatnya panggilan itu, dadanya sesak oleh debar yang mendadak menyerbunya. “Assalamu’alaikum, Zaskia” Jawabnya pelan, berharap si penelepon tidak mendengar degup jantungnya

“Wa’alaikumussalam Oom Afiiiii”, jawab suara kecil bocah perempuan

“Ajmaa??apa kabar sayang?” Sapa Kahfi tersipu, debarnya kali ini tak beralasan

“Ihh om Afi masih ingat Ajma..Ajma baik oom. Om dimana?kata bunda ini bukan nomer indonesa”, kata Ajma kenes

“Om Afi di Singapura sayang. Tapi sebentar lagi pulang, ini lagi siap-siap ke bandara. Senang deh Ajma telfon. Nanti kalo sudah sampai Jakarta Om telfon lagi ya, sayang. Om Afi mesti siap-siap nih”

“Iya oom, bener ya, Ajma tunggu. Salam dari bundaku ya Om. Hati-hati di kapal terbangnya, jangan lupa berdoa ya om. Assalamualaikum om”, kata Ajma

“Wa’alaikumussalam, anak manis. Salam juga untuk bunda kamu”, Kahfi merasa sangat-sangat bahagia. Aneh. Sangat aneh, sudah jadi orang aneh kau rupanya kahfi, batin Kahfi

Sementara itu, jauh di seberang pulau…

Seorang gadis kecil menaruh ponsel milik ibunya pelan-pelan. Gerak-geriknya sangat mencurigakan. Perlahan, ia mundur ke belakang, tak sadar sang ibu sudah menunggunya sambil melipat tangannya di dada

“Hayyoo Ajma, abis apa?”

Terlonjak, gadis kecil itu tergagap menjawab, “hmm, abis nelfon om Afi…Heepp”, matanya terbelalak kaget, sadar sudah membuka rahasianya sendiri

“Ya ampun Ajma, khan bunda bilang itu bukan nomer indonesia. Mahal dong sayang. Memang Ajma ngobrol apa?”, Zaskia tak habis pikir, anaknya berani pake ponselnya diam-diam

“Hmm…maaf ya bunda. Aku tadi pengen tau Om Afi dimana. pengen tau aja, bunda. Memang ga boleh ya? Tapi Om Afi inget koq sama Ajma, katanya lagi di Singapura trus udah mau pulang naek kapal terbang”, celoteh Ajma sambil menundukkan kepalanya. Tangan mungilnya memilin-milin ujung rok nya

Melihat Ajma begitu tak urung membuat Zaskia tergelak. “Hahhaa…anak bunda ini. Iya deh dimaafin, tapi lain kali ga boleh ya. Kalau mau telfon bilang bunda dulu ya. Deal?”, kata Zaskia lembut sambil mengecup pelan ubun-ubun putri semata wayangnya

“Iya bunda. Sekarang aku boleh maen sepeda ga sama Yangti?mau beli perrrmen”, mata bulat Ajma memandang ibunya penuh harap

“Ok. Hati-hati mainnya ya. Jangan jauh-jauh dari Yangti”

“Iya bundaaaa…”, seru Ajma. Sedetik kemudian hanya terdengar celotehnya ngobrol dengan eyangnya

Zaskia terdiam memandangi ponselnya. Merasa sikap Ajma tadi agak aneh. Belum pernah ia begitu penasaran sampai berani menelfon tanpa seizinnya. Tapi Kahfi memang spesial untuk Ajma. Hati Zaskia mendadak menghangat. Semoga Ajma ga kecewa lagi. Ah, mulai menghayal lagi, hati-hati, Zaskia, jerit hatinya mengingatkan

Sambil menarik nafasnya dalam-dalam Zaskia kembali ke dapur, meneruskan kegiatan memasaknya yang sempat tertunda. Ia sengaja pulang siang hari ini, ingin masak yang spesial untuk malam ini dan untuk sahur pertama nanti. Tahun ini, Ajma mau belajar sahur dan puasa. Ia semangat sekali, bahkan sudah hafal ayat tentang puasa. Subhanallah, betapa bangga ia pada gadis mungilnya

Sementara hari beranjak malam, shalat tarawih hampir usai ditunaikan. Ajma tekun mengikuti bunda dan yangti nya sholat di masjid depan rumah mereka. Meski sesekali gadis kecil itu nampak melirik dompet tempat ponsel bundanya tersimpan, tampak menunggu sesuatu. Zaskia sempat mengerutkan keningnya melihat ulah Ajma. Saat ditanya, Ajma hanya memamerkan gigi putihnya, “nothing, bunda”, dan semuanya terlupakan

Sementara itu, Zaskia terlihat berulangkali menarik nafas panjang. Awal Ramadhan selalu membawa suasana yang kental dengan introspeksi diri dan harapan untuk menjadi hamba yang lebih baik. Zaskia selalu merasa ibadahnya masih jauh dari istimewa, dari tahun ke tahun, Ramadhannya hanya begitu-begitu saja. Semua masih dilakukannya sendiri, ikut pengajian dan liqo pun belum sempat dijalaninya. Ingin sekali hari-harinya di Ramadhan tahun ini lebih berisi, ibadah yang lebih baik, ketaqwaan yang lebih dalam, tekad Zaskia dalam hati. Nikmatnya, karena tahun ini, putri kecilnya belajar berpuasa, Senyum Zaskia penuh rasa syukur

“Bunda, Ajma ngantuk. Gimana nanti sahurnya, Ajma bisa ga bangun?bundaaaa”, tangan mungil Ajma menarik-narik rok Zaskia. Mereka bertiga berjalan beriringan pulang, usai menunaikan shalat tarawih berjamaah di masjid

“iya sayang, nanti khan bunda bangunin. Nanti sampai di rumah, Ajma langsung cuci tangan dan kaki trus bobok, biar ga ngantuk nanti bangun sahurnya. Bunda udah bikinin sayur sop kesukaan Ajma, pake sosis dan jagung manis. Oke sayang?”

“hmm…oke bunda. Yuk Yangti cepet jalannya, Ajma udah ngantuk berat”, dan Ajma ga berhenti berceloteh hingga ketiganya memasuki gerbang rumah

Lampu telah dimatikan, Zaskia masih duduk di tepi tempat tidur mereka untuk menyelimuti Ajma yang telah terlelap. Ia memandang wajah gadis kecilnya yang penuh damai. Tak heran penyanyi lawas, Michael Learns to Rock menulis lagu karenanya, “My sleeping child, the world so wild but you builds your own paradise”, Zaskia tersenyum mengingat bait itu. Ia tahu, ia bisa tahan berjam-jam hanya memandangi bidadari kecilnya tertidur lelap begitu

Ponsel Zaskia bergetar pelan, tanda telfon masuk.Keningnya berkerut, hmm, nomer tak dikenal, batin Zaskia. Namun, khawatir telfon penting, Zaskia lalu menjawabnya. “Assalamu’alaikum”, desisnya pelan

“Wa’alaikumussalam. Ini Zaskia?”, suara pria

“Ya. Ini siapa?”, suara itu sama sekali tak dikenal Zaskia

“ini Kahfi. Maaf, apa aku mengganggu kamu?”, jawab pria itu ramah

“Ooh, Mas Kahfi. Ga koq mas. Sudah di Jakarta rupanya. Maaf ya tadi Ajma pake ponselku ga bilang-bilang, pasti udah ganggu”, kata Zaskia

“Ah, siapa bilang, sama sekali ga mengganggu. Justru aku yang minta maaf, aku janji sama Ajma mau telfon tadi sore, tapi ternyata ga sempat, sampe rumah langsung tarawih. Sudah tidur ya, Ajma?”

“Sudah, mas, baru saja. Hmmm, pantas tadi dia sebentar-sebentar melirik ponselku, ada janji rupanya”, senyum Zaskia, sungguh anaknya kali ini benar-benar luar biasa genitnya

“Hahhaha…iya, dan tersangkanya sudah ingkar janji. Gimana ya caranya make it up?jadi ga enak deh”, suara Kahfi sungguh-sungguh menyesal. Zaskia jadi tergelak

“Hahahha…ga apa-apa koq mas, besok pagi aku sampaikan permintaan maafnya. Atau kalau sempat, biar Ajma yang telfon mas besok”

“Ya, that’s a good idea. Hmm, hampir lupa, gimana kabarmu, Zaskia?”, suara itu benar-benar melembut sekarang

“Alhamdulillah baik-baik saja, mas. Mas sendiri, gimana kabarnya?gimana persiapan Ramadhannya mas?”, Tanya Zaskia ringan

“Alhamdulillah sehat, Cuma agak capek. Ya, Ramadhan ini rencananya mau ngurangin kesibukan, malah kalau bisa cuti sebulan, biar bisa konsentrasi, sayang belum jadi bos, jadi mana bisa begitu hahahha”

“hehehe..iya ya mas, enak sekali kalau bisa begitu, aku juga mau tuh. Sayangnya baru jadi kuli, jadi yaa, sempet-sempetin aja ibadahnya. Sayang sekali sebenarnya”, kata Zaskia penuh sesal

“Iya, untungnya pengajianku ga berhenti, Ramadhan ini, justru lebih banyak aktivitasnya, ya, biarpun jadi agak malam, sehabis tarawih. Kamu ikut pengajian dimana, Zas?” Tanya Kahfi hati-hati, ia ingin tahu sebanyak mungkin informasi tentang wanita dengan suara lembut ini

“hmm, lagi off mas, guruku lagi cuti melahirkan, jadi sudah beberapa lama aku ngaji sendiri di rumah, baca kitab hadist dan fiqih sendiri, baca-baca aja. Mas Kahfi ngaji dimana?”

“Beberapa tahun ini ngaji di Ustad Azzam di Ciputat. Mengkaji Quran dan Hadist juga. Mungkin kalau ada waktu, kapan-kapan aku bisa ajak kamu”, ada harap di suara itu

Zaskia tersenyum lembut. Ajakan mengaji, mana boleh ditolak, “hmm, Insya ALLAH mas, semoga waktunya tepat ya, soalnya Ajma belum bisa ditinggal lama-lama, bisa ngambek. Tapi sungguh terimakasih atas ajakannya ya mas, mudah-mudahan aku bisa, ingin sekali”

“oke kalau begitu, pengajian minggu ini aku boleh ajak kamu ya?aku usahakan tidak terlalu larut, biasanya juga jum’at malam, jadi besoknya weekend”, jelas Kahfi

“Insya ALLAH, mas. Aduh maaf ya mas, sudah larut, kapan-kapan kita ngobrol lagi?”, kata Zaskia lembut

“Oh iya, aku yang minta maaf, jadi ngalor-ngidul ngobrolnya. Oke, selamat tidur Zaskia, terimakasih mau ngobrol sama aku. Senang sekali. Assalamu’alaikum”, Zaskia merasakan ketulusan di suara itu

“Sama-sama, mas. Selamat malam, Wa’alaikumussalam”, jawab Zaskia menutup pembicaraan mereka

Lama Zaskia terdiam memandangi ponsel ditangannya, jujur, ia sungguh-sungguh menikmati pembicaraan itu, nyaman, seperti layaknya dua sahabat. Dan entah kenapa, rasa aneh itu muncul lagi, kenyamanan yang membuatnya takut. “Ah, kau hanya terlalu paranoid, Zaskia”, desisnya lembut, berusaha mengenyahkan berbagai pikiran negative di kepalanya. “Mungkin aku terlalu sering dikecewakan, dan jalan satu-satunya berhenti berharap, Zaskia. Dan hei, you’re talking to yourself again”, tak sadar senyumnya mengembang menyadari sikapnya yang silly. “Dia cuma teman, bahkan bukan temanku. Teman Ajma”, dan kenyataan itu justru membuat hatinya bertambah hangat. “teman Ajma”, senyum Zaskia menutup pembicaraan dengan hatinya.

Namun tidak dengan pemuda ini.

Kahfi tak henti-hentinya tersenyum. Saat ini, ia terbaring di ranjangnya yang besar, menggenggam erat jam bermata safir biru. Ini pembicaraannya yang terlama dengan Zaskia. Sebuah awal yang baik, putusnya dalam hati. Ia mengingatkan dirinya untuk bertanya tempat kerja Zaskia, ia berharap bisa menjemputnya jum’at ini, untuk ke pengajian Ustadz Azzam. Sungguh harapan yang teramat besar, mungkin awal dari sebuah hubungan yang baik. Dimulai dari majelis gurunya. Sungguh sempurna. Sempurna menutup harinya, sempurna mengawali bulan mulia, batin Kahfi penuh syukur

Butiran air hujan lembut mengguyur bumi ALLAH

Tepat saat kedua insan mendongakkan kepalanya ke arah jendela kamarnya. Hujan pertama di awal bulan mulia.

Dan senyum menghiasi keduanya. Mengiringi hujan Rahmat…Senandung cinta ALLAH

Good day, Sahabat…Happy Syawal…Barakallahu ^__^

7 Komentar (+add yours?)

  1. alia
    Sep 14, 2010 @ 13:01:46

    Ehm…makin seru nich kaya’nya 🙂
    ada tokoh barunya 🙂

    Balas

  2. Rizal
    Sep 21, 2010 @ 12:02:24

    Hmm… menarik….
    Zaskia ternyata bukan tipe seseorang yang optimis yach? Tapi tentu saja karena traumatis pada masa lalunya yang mungkin amat sulit dilupakan…

    Balas

    • anintadiary
      Okt 07, 2010 @ 20:58:38

      Betull banget bang Rizal…..tapi Zaskia perempuan yang cukup tabah…dan kuat…yah, yg jelas lebih kuat dr penulisnya yg lemah kyk krupuk hehehhe…

      baca terus ya bang….thx for always coming 🙂

      Balas

  3. Laki-laki Biasa
    Sep 22, 2010 @ 15:00:41

    Aiih… bisa aja nih Bunda Ais nulis ceritanya.. 🙂
    Ditunggu lanjutannya yah..

    Balas

    • anintadiary
      Okt 07, 2010 @ 21:05:21

      aiihh Aa bisaaa ajaa hahahhaha….

      iya a, Insya ALLAH dilanjutkeun…..tenaang, the next lebih seruuu deh 🙂

      Balas

  4. Rhieta Hendry murniati kantora
    Nov 06, 2012 @ 08:17:30

    Seru bgt crtanya. . . . Bgus dan sangat menyentuh. .salam kenal pada penulisnya ya.

    Balas

Tinggalkan Balasan ke anintadiary Batalkan balasan