Bulan di Tepian hati (Chapter 9)

Usai shalat shubuh pagi itu, Zaskia tampak sudah sibuk di dapur, ditemani mama dan bik Amah. Sesekali sambil mengaduk panci berisi opor, Zaskia melirik jam dinding.

“Ma, Zaski tetap ke kantor ya, aku janji mau ketemu orang, tapi ga lama koq, habis makan siang, Zaski langsung pulang”, kata Zaski sambil mengecek piring dan sendok yang tengah dicuci bik Amah

“Iya, gapapa Zas, biar mama sama bik Amah yang atur semuanya. Oya, kamu udah bilang mas Banyu khan?semalam dia ga pulang, katanya ada pemotretan”, kata mama Zaski, wanita separuh baya ini tampak lebih muda dari umurnya, tak cuma mata indah yang diwarisinya untuk anak perempuan sematawayangnya, namun Zaskia juga diwarisinya hati yang lembut sekaligus tegar, beliaulah pelabuhan terindah kedua anaknya, Banyu yang sukses dengan profesinya sebagai fotografer profesional, dan Zaskia, permata hati yang telah menganugerahinya seorang cucu kebanggaan, Ajma. Bagi Ibu Artianty, hidupnya terasa lengkap, meski tak putus doanya berharap kedua anaknya segera menemukan jodohnya.

“Hmm, udah ma, kemarin malam Zaski ud bilang mas Banyu. Eh ma, mama udah kenal ya sama temennya mas Banyu, namanya Sasha. Siapa sih dia ma?Zaski liat fotonya di kamarnya mas Banyu, manis juga, berjilbab lho ma. Sejak kapan selera mas Banyu berubah ya?hihihi”, kata Zaski sambil melingkarkan tangannya pada tubuh gempal mama yang tengah menyiangi sayuran

“Hahaha…kamu bisa aja Zas. Bagus dong kalau masmu suka sama perempuan shalihah, koq malah diledeki?”, senyum mama sambil terus dengan pekerjaannya

“Hehe, iya iya ma, tapi heran aja. Eh ma, nanti Zaski undang Dennis sama istri dan babynya, namanya Deavo, mama belum liat khan?oya, trus ada kenalannya Ajma, namanya Kahfi”, cerita Zaskia sambil lalu, meski tak urung hatinya sedikit bergetar. Baru kali ini ia cerita tentang Kahfi

“Kahfi?itu bukan laki-laki yang nemuin Ajma waktu hilang di mal ya?wah bagus itu, mama pengen kenal, ya kali aja cocok sama kamu”, kata mama menggoda

Sontak, memerah wajah Zaskia. Sambil masih bergelayut manja, Zaskia berusaha menyembunyikan kekikukannya, “ah, mamaaa, Zaski undang karna Ajma. Pas Zaski kasih tau kalau si om Afi nya itu mau datang, dia ga berhenti lompat-lompat, duh, genit begitu turunan dari yangti nya deh kayaknya, hihihihi”

“Hush, sembarangan. Udah sana kamu siap-siap, bangunin Ajma, sebentar lagi jemputannya datang, kamu ke kantor bawa mobil aja Zas, biar cepet pulangnya. Khan kamu mesti ambil lumpianya tante Enno di pondok indah”

“Iya deh ma, makasih udah mau repot ya mama sayang, buka puasa kali ini pasti hebat sama lontong cap gomeh mama. Hmmm, si Dennis udah ribut dari kemarin, kayak yang puasa aja.hahaha…”, kata Zaskia sambil mengecup pipi mamanya

Tiga jam kemudian, Zaskia sudah tenggelam pada kesibukannya di kantor, sampai sebuah sms mengagetkannya,
“Assalamu’alaikum Zaskia, aku sudah terima sms alamat rumah kamu. Insya ALLAH aku datang sore nanti. Boleh aku bawakan puding caramel buatanku? Tidak terlalu enak sih, tapi lumayan lah buat tambahan berbuka. Salam untuk Ajma,saya sudah ga sabar ingin bertemu Ajma dan bundanya. Salam, Kahfi.”

Dan Zaskia menjawab cepat,
“Waalaikumussalam mas. Sebenarnya ga usah repot bawa-bawaan, tapi senang sekali kalau bisa mencicipi puding caramel buatan sendiri. Ok sampai ketemu sore nanti, mas”

Zaskia melirik jam tangan mungil di pergelangannya, jam 12 kurang, untung tugasnya hari ini sudah beres, ia juga sudah mendapat izin Mr Matthew, yang dengan menyesal tidak bisa hadir ke acaranya karena ada janji dengan seorang klien. Sambil membereskan mejanya, diangkatnya telfon dan memencet 3 digit nomer, internal call ke meja kerja Farah, sahabatnya. Telfon diangkat pada panggilan pertama
“Iya Zaski, aya naon?”

“Farah, kamu bisa pulang sekarang ga?jadi khan ke rumahku?”Tanya Zaskia

“Hmm, bisa niy kayaknya. Kamu jadi bawa mobil zas?trus aku bantu apa?, kata Farah, terdengar suara kertas dibereskan, tanda Farah tengah bersiap diri

“Iya, aku bawa mobil, nanti temani aku ke pondok indah, ambil lumpia di toko tanteku. Yuk say, aku udah siap nih. Mbak evi gimana?”

“Mbak evi nanti sore Zas, dia dijemput suaminya. Yowis, aku pamit Pak Aryo dulu, tunggu di lobby aja ya”

Tak lama kemudian, kedua sahabat itu meluncur dalam sedan biru milik mama Zaskia menuju kawasan elit di selatan ibukota. Sepanjang perjalanan, terlihat keceriaan khas Zaskia, tak berhenti ia tertawa kecil, menunjukkan 2 lesung pipit yang menambah manis wajah mungilnya. “Senang lihat kamu banyak ketawa, Zas”, kata Farah lembut

“Hmm, Alhamdulillah, kamu tahu sendiri, suasana hatiku bisa berubah-ubah secepat kilat hehe”, sahut Zaskia

“Yaa, jangan sedih lagi lah Zas, memang kamu ga cape apa?aku aja cape liatnya hehehe”

“Hahaha…ya cape lah fa, siapa juga yang mau sedih terus. Eh fa, nanti aku undang temanku, namanya Yudhistira, aku sih panggil dia Aa Yudi. Semoga dia bisa datang ya”, kata Zaskia sambil melirik sahabatnya yang mendadak menegang

“Maksud kamu, Zas?”, tanya Farah dengan nada curiga

“Yaa kali aja cocok sama kamu.hihihi. Baik lho dia, sholeh, ilmu agamanya juga bagus. Aku banyak belajar dari dia. Gimana Fa?ga apa-apa khan?ya kalau ga cocok jadi teman aja”, sahut Zaskia membujuk

“Ya ga apa-apa, tapi, kamu ga bosan apa jodohin aku terus?persis mama, tiap kali pulang ke Bandung, ada aja laki-laki yang ditenteng-tenteng dikenalin ke aku. Sampe pusing aku nolaknya”, nada farah muram

“Ya jangan ditolak dong sayang…kali aja jodoh fa”, senyum Zaskia. Ia merasa sahabatnya ini sudah cukup segala-galanya, cukup umur, cukup dewasa, cukup mapan, cukuplah. Tapi entah kenapa ga juga kepikiran menikah. Hatinya yang lembut sibuk memikirkan kebahagiaan keluarga dan sahabat-sahabatnya. Diliriknya sahabatnya itu dengan ekor matanya, Farah tampak agak terganggu dengan niat menjodohkannya itu. “Fa, maaf ya kalau kamu ga suka, tapi benar deh, niatku baik, apa kamu ga mau menyempurnakan agama dengan menikah fa?aku saja ingin menikah lagi, kalau ada jodoh”, tutur Zaskia pelan

“Ga apa-apa Zas, aku ga marah koq. Dan ya, aku ingin menikah, tapi ga sekarang. Bukan aku mau menolak jodoh atau ketentuan ALLAH, tapi rasanya belum sanggup harus memikirkan dan mengurus orang lain selain mengurus mama dan adik-adikku. Setelah papa ga ada, aku ga bisa egois memikirkan diri sendiri. Banyak yang harus aku pikirkan selain keinginan untuk menikah. Lagipula, belum ada yang sreg dihati”, jelas Farah panjang lebar

“Hmmm, aku ngerti fa. Tapi apa kamu ga terfikir, kalau justru mama kamu akan lebih tenang dan bahagia kalau kamu sudah menikah. Lagipula, kamu khan tetap bisa memperhatikan keluarga, meski sudah menikah. Yah, tinggal tambah 1 kriteria penting cowok idaman”, goda Zaskia

“Oya, kriteria apa Zas?ah aku ga pernah punya kriteria khusus, asalkan sholeh dan mengena di hati aja udah cukup deh. Hari gini gitu Zas. Dan soal kebahagiaan mama, itu yang utama buat aku Zas, ga mau main-main dengan itu”, kata Farah

“Aku ngerti soal itu, mama dan adik-adik kamu akan tetap utama, asal calon suamimu nanti punya kriteria ini. Dan Insya ALLAH kalau benar-benar minta, ga ada yang ga mungkin khan Fa?” Tutur Zaskia

“Apa itu Zas?duh, jangan sok misterius gitu dong”, rajuk Farah, heran sahabatnya ini tak seperti biasanya bicara berputar-putar. Dalam beberapa hal, ia sangat mengagumi ketegaran dan kemampuan Zaskia mengambil hikmah. Ia mengakui banyak tertular semangat belajar Zaskia yang mengagumkan

“Hahaha…..sederhana koq, dia harus punya cinta yang besar untuk keluarganya. Itu bisa kamu nilai dari sikap dan pengorbanannya kepada orangtuanya. Dan Insya ALLAH, kalau dia mencintai dan menghargai keluarganya, dia akan mampu mencintai dan menghargai keluarga perempuan yang dicintainya. Got it?”, jelas Zaskia dengan mata berbinar

“Hmmm, benar begitu ya Zas?aku juga pernah dengar sih, seseorang yang tidak bisa menghargai keluarganya, dia ga akan bisa menghargai siapapun. Jadi benar ya begitu. Hmmm, semoga masih ada sisa satu laki-laki hebat begitu buat aku”, ada sedikit getaran di suara Farah. Zaskia menangkap, harapan itu rupanya tersimpan rapi di relung hati terdalamnya

“Insya ALLAH ada Fa. Asal kita mau ikhtiar jadi wanita baik. Khan laki-laki baik untuk wanita baik, dan begitu juga sebaliknya. Maha Sempurna ALLAH, Ga bakal ketukar dan ga mungkin bohong. Ya khan?”, sahut Zaskia menguatkan, sebelah tangannya yang tidak memegang kemudi diulurkannya meraih tangan sahabatnya.

Keduanya tersenyum. Indahnya ALLAH menciptakan persahabatan

Dan sedan mungil itu meluncur tenang.

Hari sudah memasuki waktu ashar, saat kedua sahabat itu memasuki rumah Zaskia yang sudah tertata rapih untuk acara malam itu. Farah terlihat langsung terlibat percakapan akrab dengan mama Zaskia. Dan suasana menjadi lebih hangat ketika Banyu, kakak laki-laki Zaskia turun dari kamar besarnya di lantai atas, lengkap dengan atribut senimannya, celana pendek dan kaos putih, plus rambut panjang yang asal diikat. Pembawaan Banyu yang supel menambah ramai pembicaraan mereka.

Sambil tersenyum, Zaskia melangkahkan kakinya ke dapur, mengetahui segalanya telah beres seperti yang diduganya, tatapannya terpaku pada seloyang puding caramel yang menggugah selera. Puding caramel kesukaan Ajma. Dari siapa ya?keningnya berkerut. Satu-satunya orang yang berjanji membuatkan puding adalah Kahfi. Tapi, kahfi belum terlihat. “Mamaa….”, panggil Zaskia memotong pembicaraan seru antara mamanya, Banyu, dan Farah di ruang tv.

“Ya sayang”, jawab sang mama sambil mengedipkan sebelah matanya pada Farah yang tiba-tiba terkikik pelan. Rupanya telah terjadi pembicaraan rahasia saat Zaskia pergi ke dapur tadi

“Ma, ini puding dari siapa?”, tanya Zaskia sambil keluar dari dapur dengan membawa seloyang puding dengan kedua tangannya.

Belum sempat mama Zaskia menjawab, Farah menyeletuk keras, “Dari calon mantuuuu”, dan tawa menggelegar meninggalkan rona merah pada wajah Zaskia, yang tak sempat disembunyikannya, hanya desisnya lembut, “mamaaaa…..”

“Hehehe….tadi Kahfi kesini, sayang, tuh ketemu mas Banyu, katanya dia ke kantor dulu, baru datang lagi. Hmmm, ternyata ganteng juga ya temannya Ajma”, nada mama yang menggoda kembali mengundang kejahilan Farah dan Banyu, keduanya sudah bersiap melontarkan celetukan menggoda, saat terdengar bunyi mobil parkir di depan rumah mereka

Merasa terselamatkan, Zaskia bergegas membawa langkahnya lebar-lebar ke ruang depan, tampak mobil sedan merah parkir rapat di depan pagar rumahnya. Kening Zaskia berkerut, kebanyakan temannya memiliki mobil keluarga. Belum sempat menebak, seraut wajah dengan senyum lebar muncul di depan pintu sambil lembut mengucap salam, “Assalamu’alaikum Zaskia”

Ya, itu Kahfi, sedikit terpana Zaskia, belum pernah benar-benar bertatap pandang sedekat ini sebelumnya. Benar kata mamanya, teman Ajma yang satu ini memang tampan. Hufft, tiba-tiba suara kecil di hatinya mendesak pandangannya tertunduk, ucapnya tergagap, “Wa Wa’alaikumussalam, mas. Mari masuk. Wah tamu pertama kami, sahut Zaskia melanjutkan, berharap Kahfi tidak menyadari kegugupannya

Tanpa disadari Zaskia, debar di dada Kahfi melebihi kegugupannya, lidah kelunya hampir tak sanggup mengucap salam. “Astaghfirullah, Kahfi, lama-lama begini bisa kacau dunia persilatan”, gumamnya dalam hati, merasa geli sendiri, setelah sekian lama merasa jumawa pada kepiawaiannya menghadapi wanita, makhluk ALLAH terindah, namun banyak mendatangkan kehancuran bila salah memilih. Ah, tapi bukan wanita yang satu ini, lembut dan shalihah, cukup untukku, gumamnya, masih dalam hati

“Mari masuk mas, terimakasih pudingnya, kaget tadi, koq orangnya belum dateng, pudingnya sudah hadir duluan”, sapaan hangat Zaskia mengagetkan Kahfi yang tengah sibuk dengan fikirannya

“Hehehe….yah tadi sekalian lewat ke kantor, hmm, tadi aku sudah ketemu kakakmu, Banyu. Sempat ngobrol tapi terputus tadi, oya, mana Ajma?”Tanya Kahfi saat menyadari bidadari kecil itu belum tampak

“Ajma lagi mandi mas, tadi baru pulang TPA. Mari ke ruang tengah mas, ada mas Banyu, Mamaku, dan Farah, sahabatku. Silahkan mas”, kata-kata Zaskia menggiring langkah keduanya memasuki ruang terbesar di rumah itu. Namun, belum sempat langkahnya terhitung, suara gaduh tiba-tiba terdengar di teras depan, suara bayi menangis kuat

Kaget Zaskia refleks memalingkan tubuhnya kembali ke ruang depan, dan di pintu sudah melongok seraut wajah yang amat dikenalnya, Dennis. Dengan sebelah tangan memegang tas bayi, tangan sebelah menenteng sebuah bungkusan besar. “Zaski plis dong, bantuin ini. Deavo nangis kaget tadi lagi tidur diangkat maminya, aduh ribet amat bawa bayi ganteng satu itu”, tutur Dennis panjang lebar

“Hehe iyaa paak, sini dibantuin, repot-repot banget siy bawa-bawaan, loe bawa si baby ganteng aja gue udah cukuuup senang”, sahut Zaskia sambil mengambil bungkusan besar berlabel toko kue terkenal di kota itu

Dennis dengan cepat membawa sisa bawaannya ke dalam, tak berapa lama, terdengar percakapan serunya dengan Banyu.

Dibelakang Dennis, istri tercintanya, Nancy mendekap lembut sesosok bayi terbalut selimut biru muda. Bayi yang masih tampak merah itu tengah menangis keras, hingga wajahnya terlihat sangat-sangat menggemaskan. Zaskia tak mampu mencegah dirinya menatap lekat-lekat bayi laki-laki itu, “ya ampun Cy, Deavo lucu bangeeettt.cepat besar ya. masih ASI khan say?hmmm, boleh aku gendong?”Tanya Zaski sambil menaruh bungkusan kue dan

Nancy tersenyum lembut sambil menyorongkan bayinya ke tangan terbuka Zaskia, “iya Zaski, masih aku kasi ASI, wah hampir kewalahan Zas, ga kenyang-kenyang dia, ampun dehhh”

“Hihihi..ya persis papinya kalau begitu”, goda Zaskia ambil mendekap lembut Deavo yang tiba-tiba terdiam dan menutup mata mungilnya. Zaskia tersenyum.

Tak sadar, sepasang mata menatap moment itu tanpa berkedip, sambil sibuk menenangkan jantungnya yang berdegup semakin kencang. Tak ayal hatinya berbisik, “Subhanallah, ini bidadari ALLAH”, Kahfi terpaku berdiri di samping Zaskia

Nancy yang pertama kali menyadari keberadaannya. “Hmm, ini siapa ya?” Tanyanya sambil mengulurkan tangan

“Oh ini mas Kahfi, say. Temannya Ajma”, kata Zaskia sambil tersenyum. “Ini Nancy, istrinya Dennis, sahabat aku, wah Dennis cepat amat hilangnya, sampe lupa dikenalin. Yuk mas Kahfi, Nancy, masuk ke dalam. Sebentar lagi maghrib lho”, ajak Zaskia sambil terus mengayun lembut bayi mungil dalam dekapannya

Di ruang tengah, suasana sudah cukup ramai. Mama yang absent, sepertinya sibuk di ruang makan, karena terdengar suaranya berbicara dengan Bi Amah. Banyu tampak sudah berganti penampilan, kali ini dengan koko putih, celana Jeans, dan peci putih. Kakak Zaskia itu tengah terlibat pembicaraan seru dengan Dennis meski sesekali Farah menimpali dan mereka bertiga tertawa lepas

Saat Zaskia masuk bersama Kahfi dan Nancy, Ajma dengan gaun santai biru berenda tampak menuruni tangga dengan senyum lebar, tak menyangka rumah mungilnya kini ramai dengan wajah-wajah tersayangnya. Tiba-tiba bola matanya terbelalak dan ia memekik kegirangan ” Oom Afiiiii!!!!”. Kahfi tersenyum lebar sambil merentangkan tangannya. Ajma menghambur menghampiri. “Halo princess Ajma, apa kabar?” Diraihnya punggung tangan Ajma, menciumnya lembut, sambil membungkuk, persis seperti di film-film kerajaan favorit Ajma. Sambil terkikik, ditekuknya kedua lutut pelan-pelan, sambil berbisik “terimakasih pangeraan hihihihi…ah Om afii, senangnya Om datang. Ohh ada Om Dennis, tante Farah, tante Nancy.Whaa bundaaa, ini Ajma lagi pesta ulangtahun ya??”, bola mata gadis cantik itu membulat sempurna

Terdengar tawa membahana seantero ruangan, tamu- tamu menggerumungi dan menyalami Ajma, terdengar tawa gelinya saat Banyu mengangkat tubuhnya tinggi-tinggi hingga Ajma kini sekepala lebih tinggi dari bundanya

Zaskia tersenyum penuh syukur, tak habis rasa terimakasihnya, ia dan Ajma tak pernah kehabisan perhatian dan kasih sayang dari keluarga dan sahabat-sahabatnya

Acara di televisi menunjukkan bahwa waktu berbuka tinggal beberapa menit lagi. Kultum yang dibawakan oleh seorang Ustadz muda yang terkenal itu menarik perhatian Zaskia. Sejenak diperhatikannya layar televisi, kali ini sang Ustadz membahas tentang dahsyatnya niat, bahkan hanya sebait niat dalam hati, sesuatu yang diniatkan untuk memperoleh Ridho ALLAH, maka ALLAH akan Ridho. Dan jika ALLAH Ridho, apapun pasti bisa terjadi, ijabah doa, selamat dunia akhirat. Subhanallah. Jika Sang Maha telah Ridho, tak ada yang tak mungkin. Setetes air mata mengaliri hidung bangir Zaskia. Sungguh hanya cinta ALLAH yang dirindukannya.

Gema Adzan menghangatkan suasana. Semua sibuk berbuka sambil bercakap akrab. Lewat ujung matanya, diamati Kahfi yang luwes berbaur dengan sahabat dan keluarganya. Bahkan bukan hanya Ajma, mas Banyu sedari tadi terlibat pembicaraan seru sambil sesekali menepuk bahu Kahfi. Kakak sematawayangnya itu bukan pribadi yang mudah diakrabi, meski jika sudah merasa dekat, ia sangat-sangat hangat. Ditambah pula rasa over protective pada adik perempuan tercintanya, mestinya sulit ditakhlukkan. Tapi ini? Ah tak habis pikir Zaskia. Mungkin karena ia datang sebagai temen Ajma. Ya, memang dia datang untuk Ajma, bukan untukku” , batin Zaskia, tak sadar pipinya bersemu merah, sungguh malu membayangkan laki-laki itu datang untuknya. Sambil tersenyum, Zaskia lebur dalam hangatnya kebersamaan, dalam santap bersama dan sholat berjamaah, dalam cinta sahabat dan keluarganya.

Sementara malam beranjak larut, bulan tipis menunjukkan Ramadhan mulia baru saja menapaki hari. Zaskia sudah 3 kali memergoki Ajma menguap lebar, meski setelah itu ditutupnya rapat-rapat mulut mungilnya, khawatir sang bunda cepat-cepat menyuruhnya bersiap tidur. Namun, pada kuap ke 3, sang bunda menarik lembut jemari tangannya, “sayang, yuk kita siap-siap bobok”. Mulut mungil Ajma sudah terbuka ingin protes, namun tatapan mata bundanya sudah sangat dihafalnya, bunda tak mau dibantah. “hmmm, iyaa bundaa. ga boleh minta tambahan waktu 2 meniit?” tawar Ajma dengan muka memelas. Bunda tak suka dibantah, tapi mungkin ditawar khan?, begitu fikirnya cerdas.

Zaskia tersenyum geli, sambil menarik hidung Ajma lembut.”Anak bunda udah pinter nawar, memang bunda jual tahu?sudah malam, Ajma masih harus sekolah besok, oke?sekarang pamit semua”

“Iya bunda”, masih dengan wajah cemberutnya yang lucu. Kahfi tertawa geli melihat adegan itu, dipanggilnya Ajma, dibisikinya lembut telinga gadis mungil itu. Wajah Ajma berubah cerah, “Benar om?maumau” katanya sambil melompat-lompat
“Sssttt…inget rahasia” kata Kahfi membungkam Ajma yang langsung terdiam sambil terkikik menahan tertawanya

Berkerut dahi Zaskia melihat ulah Kahfi dan Ajma. Tapi yang jelas, Zaskia sudah cukup senang melihat Ajma dengan patuh dituntun Bi Amah menuju kamarnya, meski kepalanya tetap berputar ke arah sahabat-sahabat tercintanya yang memasang senyum lebar sambil melambaikan tangan. Ah, Zaskia yakin, Ajma ga akan kekurangan kasih sayang, meski tanpa dirinya. Sedetik dadanya berdesir pelan, ALLAH lah Pemilik Jiwa, Semoga DIA Izinkan aku melihat Ajma tumbuh dewasa. Duh, akhir-akhir ini kenapa jadi mellow terus ya?”, tepis Zaskia melawan rasa yang sering jadi bulan-bulanan di hatinya

“Hush, ngelamun aja non,” Suara Dennis membuyarkan lamunan Zaskia
“Oh, Dennis, bikin kaget aja, sapa yang ngelamun?” elak Zaskia tersadar, sepertinya Dennis sudah lama berdiri di belakangnya
“hmm, pacar loe boleh juga, langsung akrab sama Ajma”, tanpa tedeng aling-aling, khas Dennis
“Ih, pacar yang mana?maksud loe…?” Zaskia menggantung tanyanya
“Tuh, kahfi”, kata Dennis sambil mengerlingkan sebelah matanya ke arah Kahfi yang tengah ngobrol dengan Banyu di ujung ruangan
“Bukan pacar gw den. Jangan ngaco ah”, elak Zaskia terlalu cepat
“Bukan Pacar?oke. Naksir loe khan? mana mungkin mau susah payah begini kalo ga ada maunya. Come on Zas, masih suka buta aja gitu? Please dong”, tutur Dennis sambil memutar bola matanya. Ditatapnya sahabatnya tajam, “Dan elo, suka sama dia? am i right Zas?”, seperti biasa, Dennis terlalu mengenal Zaskia

“Dennis, this is too early, you know. I know him nothing. So far, he just give lots of attention to Ajma. and…i don’t think we should discuss this right now, hmm, dennis?” tutur Zaskia tak ingin memperpanjang diskusi selagi pokok pembicaraan mereka ga jauh dari pandangan mata
“Oke oke. Just be careful Zas. I know you better than myself. Be careful, sist”, kata Dennis tajam
“I will, den. Thanks a lot”, Senyum Zaskia, berharap sahabatnya tenang dengan jawabannya itu

Sementara itu, Kahfi menyudahi percakapannya dengan Banyu dan tampak berjabat dengan dengan hangat. Rupanya ia akan pamit pulang. Tak sadar, terselip rasa kecewa di sela hati Zaskia. Kini Kahfi tampak menjabati tangan Nancy, mama Zaskia, dan Farah. Rupanya pamitnya menular. Kini Farah tampak bersiap pamit, berpelukan dengan mama Zaskia, sementara Nancy menatap Dennis. Zaskia tersenyum, kini waktunya semua tamunya pulang.

Ditatapnya Kahfi yang tengah menghampirinya sambil tersenyum.
“Zaskia, terimakasih untuk makan malam dan untuk semuanya”, kata Kahfi sambil mengulurkan tangannya
“Oh iya mas, sama-sama, terimakasih sudah datang. Dan juga untuk puding caramelnya”, sambil tersenyum, Zaskia menyambut jabat tangan Kahfi
“Dengan senang hati Zas, maaf buru-buru pulang, ada janji sama keluarga untuk tarawih bersama. Oh ya, Zas, bagaimana dengan tawaranku, jumat besok?” Tanya Kahfi tanpa bisa menyembunyikan harapnya
“Oh, Pengajian Jumat besok ya mas? Aduh, aku belum bisa mas, aku janji jemput papa di bandara. Papaku pulang dari Jogja besok malam. Maaf ya. aku lupa janji sama mas Kahfi”, jelas Zaskia merasa bersalah
“Oh ya gak apa-apa Zas, pantas papa kamu ga disini ya. Tadi aku mau tanya, tapi takut salah. Ya Insya ALLAH ada terus setiap minggu. Bisa minggu depan koq kalau kamu berkenan. Oke, aku pamit ya Zas, terimakasih sudah kasih aku kesempatan mengenal keluarga dan sahabatmu”, sahut Kahfi menutup pembicaraannya
“Sama-sama mas, sahabat Ajma, pasti diterima di rumah ini”, senyum Zaskia
“Assalamu’alaikum Zaskia”, gumam Kahfi. Dan dilangkahkannya kaki meninggalkan ruangan
“Wa”alaikumusalam, mas”

Lama Zaskia memandangi, mobil terakhir yang membawa tamunya pergi. Farah pulang diantar Banyu dengan mobil Jeep antiknya. Sayang sekali keinginannya untuk mengenalkan Farah dengan Yudhistira, gagal. Di detik terakhir Aa Yudi nya itu membatalkan datang, karena harus lembur. Sempat jengkel, tapi Zaskia tahu, mungkin ini bukan saat yang tepat. Farah masih menutup hatinya. Tapi Zaskia yakin, Insya ALLAH setelah mereka bertemu, dua insan yang menutup diri akan saling membuka hati. “Ah, semoga saja”, gumam Zaskia sambil tersenyum. “Ah, semoga saja”, gumam Zaskia sambil tersenyum. Memikirkan keduanya saja sudah mampu menghangatkan hatinya.

“Dan bagaimana dengan hatimu, Zaskia”, sebuah suara kecil dalam benaknya mulai tak sopan bertanya. Diakuinya kekosongan bilik kecil dalam hatinya, yang dulu terisi laki-laki yang disebutnya pasangan hidup. Namun, ia yakin sepenuh jiwa, ALLAH lah yang berkehendak, diantara banyak laki-laki yang mendekatinya, selalu saja hanya dapat menyentuh sedikit bilik itu, lalu pergi. “Ah, mungkin karena masih tersisa luka disana, Zaskia?” kembali tanya itu. Zaskia tertegun. “Apa luka itu masih ada? entahlah. Mungkin masih. Meski berulangkali diyakinkannya, Reno sudah tak lagi ada disana, namun luka yang ditinggalkannya, belum mampu termaafkan”. Tak sadar, lututnya mulai lemas, hingga tak didengarnya panggilan mama yang sudah 2 kali memanggil namanya. Sehingga sentuhan lembut di bahunya membuat jantungnya melompat. “Zaski…ayo masuk”
“Masya ALLAH mama, aku kaget”, pias wajah Zaskia
“Mama udah panggil kamu 2 kali Zas, kamu kenapa ngelamun disini? Yuk masuk, sudah malam”, perintah mama, faham, putri bungsunya ini masih labil. Ditepisnya rasa sakit yang mendesir di hati, Ah, ibu mana yang sanggup melihat anaknya, permata hatinya menderita seperti ini.Tapi ia harus kuat, karena pelajaran hidup tak pernah mudah. Dan itu satu-satunya bekal yang akan diwariskanya pada anak-anaknya, kuat dan ikhlas.
Dibisikinya telinga Zaskia yang terbungkus rapat dalam jilbabnya, “Istighfar, zas. semua akan terlewati, ya sayang? Ada mama, dan acaramu hari ini, tak kurang cinta dari semua sahabatmu, Istighfar dan bersyukur. ya?”
“Iya mama. Astagfirullah. Zaski ga sadar tadi, melamun, lupa Zikir. Astaghfirullah. Tentu saja ma, bersyukur sekali hari ini. Terimakasih ya mama”, sebutir air mata jatuh di sudut matanya. Diraihnya telapak tangan ibunya, lalu dikecupnya lembut. “Zaski capek ma, mama juga, kita tidur ya”
“Iya, sayang, biar nanti Bi Amah yang tunggu masmu, tadi dia lupa bawa kunci. Yuk, Ajma pasti sudah lama terlelap ya? Kamu bersih-bersih, biar mama yang tengok Ajma sebelum mama tidur”

Keduanya berjalan beriringan sambil menggenggam tangan, menemukan kekuatan disana. Dua wanita berbeda zaman, berbagi hati yang ALLAH titipkan bagi jiwanya. Saling menjaga, saling berbagi.

Dan Bulan tipis memandangi Bumi yang dicintainya karena ALLAH. Berharap semua hamba tertidur lelap malam itu, untuk terbangun di dini hari nanti, sepertiga malam, saat Sang Maha Raja menebar ampunan dan rahmatNYA. Indah dalam kehambaan. Indah karena dicintai Sang Maha Pencinta

Sementara itu, ditengah ramainya malam kota Jakarta, di sebuah Rumah Sakit mewah di bilangan Jakarta Selatan, sebuah mobil sedan merah memasuki pelataran parkir, dan seorang pemuda tampak keluar dari mobil. Tak tergesa ia memasuki lobby, menyapa suster rumah sakit yang tampak sangat mengenalnya, langsung ke kamar ICU yang terisolasi dari ruangan-ruangan lain. Ia berhenti lama di depan kaca besarnya, suster jaga membuka tirai, sehingga ia dapat melihat, sekujur tubuh tak berdaya yang terhubung banyak selang di hampir seluruh tubuhnya.

Seorang anak perempuan, berkulit putih bersih dan sangat kurus. Tampaknya belum genap berusia 10 tahun. Kepalanya yang tak berambut tampak ditutupi topi steril rumah sakit. Kahfi, pemuda itu, kini memasuki ruang ICU lengkap dengan baju hijaunya.

Suster jaga yang sedari tadi duduk disebelah anak perempuan itu, menyapanya pelan. “Malam pak, hari ini Tiara cukup stabil, tapi Dokter Eddo bilang, besok pagi, bapak diminta datang, ada yang penting dibicarakan sepertinya, pak”
“Oh, ya tolong sampaikan ke Dokter Eddo, besok jam 10 saya menghadap beliau. Hmm, Alhamdulillah kalau dia stabil hari ini, sus. Saya khawatir darah merahnya drop lagi seperti kemarin. Tapi apa ada tanda-tanda kesadarannya kembali, sus? Ini sudah hari ke 15. Astagfirullah.”, Kahfi menarik nafas dalam-dalam. Sejak Tiara diserahkan kepadanya setahun yang lalu, gadis kecil ini hampir tak pernah dalam keadaan sadar. Bermacam penyakit bersarang dalam tubuh mungilnya. Ibunya yang pencandu kokain, OD (over dosis), seminggu setelah menyerahkan Tiara pada Kahfi.
“Sabar ya pak. Besok bapak bisa tanyakan pada Dokter Eddo. Kebetulan besok Prof Bustomi, ada praktek, pak, sekitar jam 11. Dokter Eddo bilang, ada metode baru yang Insya ALLAH bisa jadi kabar gembira untuk bapak dan Tiara. Jelasnya bapak tanyakan besok ya pak”, senyum Indah, nama suster setengah baya itu lembut
“Oh iya sus, terimakasih banyak”, gumam Kahfi dengan mata yang tak lepas dari wajah koma Tiara

Suster Indah perlahan meninggalkan Kahfi yang kini terduduk di samping Tiara, membuka Qur’an kecilnya, dan seperti biasa mengalunkan Surah Al Waqiah dengan penuh khusyu. Sejak setahun lalu, kebiasaan ini sudah sangat dihafal suster Indah. Tiara berkali-kali koma. Dan jika sadarpun, otaknya tampak sudah rusak. Tak ada ekspresi di wajah cantiknya, hanya kedip mata yang menandakan gadis itu sadar dan mendengar suaranya. Dan ayahnya, pemuda tampan itu, ah, entah bagaimana ceritanya sampai seorang pemuda shalihah seperti dia bisa memiliki anak seperti itu. Di ruangan perawat, Kahfi sering jadi bahan pembicaraan. Sebagai perawat, ia tahu kerusakan otak Tiara disebabkan oleh konsumsi obat-obatan terlarang yang sudah mengalir di tubuhnya sejak masih menjadi janin. Entah bagaimana nasib ibunya sekarang ini. “Astagfirullah, kenapa jadi ngomongin orang sih?”, bergegas ia kembali ke ruangan jaga perawat ICU, banyak tugas yang menunggunya disana

Dan ruangan itu dipenuhi dengan suara lirih Kahfi melantunkan Ayat ALLAH, Al Waqiah. Sendu, penuh harapan

Seperti malam yang sepenuh hati menyelimuti bumi ALLAH setiap saat atas izinNYA. Sebagai tanda bagi orang-orang yang beriman, kekuasaan dan kehendak ALLAH meliputi langit dan bumi dan segala sesuatu yang berada diantaranya

Dan makhluk hanya hamba. Berharap kasihNYA berlembut hati. Hingga cobaan tak melewati batas kemampuan.

So, Barakallahu nite everyone…. ^__^
Setelah sekian lama absent, semoga masih mau baca kelanjutannya yaa…..

Take care u all….love u all as always *__^

6 Komentar (+add yours?)

  1. alia
    Jan 02, 2011 @ 12:32:38

    akhirnya
    keluar juga yang chapter 8
    hehehe… 🙂

    Balas

  2. alia
    Feb 15, 2011 @ 12:06:26

    mba aninta…
    mohon diterima yach
    miz u 🙂
    http://catatanalia.blogspot.com/2011/02/indahnya-persaudaraan.html

    Balas

  3. alia
    Feb 19, 2011 @ 08:48:14

    masa’ sih mba
    bisa kok, tapi biasanya ada symbol2 yang kudu diisikan gitu 🙂

    Balas

Tinggalkan Balasan ke anintadiary Batalkan balasan